Jumat, 24 Februari 2012

Kamis, 23 Februari 2012

BAYI YANG MENCARI MALAIKAT

Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia berta
nya kepada Tuhan:
"Para malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan lemah?"
Tuhan menjawab: "Aku telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu."
"Tapi di sini, di dalam surga, apa yang pernah saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya untuk bahagia."
"Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih bahagia."
"Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka?"
"Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar, dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkan bagaimana cara berbicara."
"Apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu?"
"Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara berdoa."
"Saya mendengar di bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya?"
"Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal itu mungkin akan mengancam jiwanya."
"Tapi, saya pasti akan merasa sedih karena tidak melihatMu lagi."
"Malaikat akan menceritakan kepadamu tentang-Ku dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu."
Saat itu surga begitu tenangnya sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang bayi bertanya perlahan, "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahuku nama malaikat tersebut?"
"Kamu akan memanggil malaikatmu, "IBU"
END.

www.Inwean.com

REMASLAH TANGAN KU

Ingatkah ketika masih kecil kamu jatuh dan terluka?
Ingatkah apa yang dilakukan ibumu untuk meringankan rasa sakit? Ibuku, Grace Rose, selalu menggendong ku, membawaku ke tempat tidurnya, mendudukkan diriku, lalu mencium "aduh"-ku. Lalu ia duduk di tempat tidur di sampingku, meraih tanganku dan berkata, "Kalau sakit, remas saja tangan Ibu. Nanti akan kukatakan Aku sayang kamu." Sering aku meremas tangannya, dan setiap kali, tak pernah luput, aku mendengar kata-kata,

"Mary, Ibu sayang kamu."....

Kadang-kadang aku pura-pura sakit hanya supaya akumemperoleh ritual itu darinya. Waktu aku lebih besar, ritual itu berubah, tapi ia selalu menemukan cara untuk meringankan rasa sakit dan meningkatkan rasa senang yang kurasakan dalam berbagai bagian hidupku.

Pada hari-hari sulit di SMU, ia akan menawarkan sebatang cokelat almond Hershey kesukaannya saat aku pulang. Semasa usiaku 20-an, Ibu sering menelepon untuk menawarkan piknik makan siang spontan di Taman Eastbrook untuk sekadar merayakan hari cerah dan hangat di Wisconsin. Kartu ucapan terima kasih yang ditulisnya sendiri tiba di kotak pos setiap kali ia dan ayahku berkunjung ke rumahku, mengingatkan ku betapa istimewanya aku baginya.

Tapi ritual yang paling berkesan adalah genggamannya pada tanganku saat aku masih kecil dan berkata,
"Kalau sakit, remaslah tangan Ibu dan akan kukatakan aku sayang kamu."

Suatu pagi, saat aku berusia akhir 30-an, setelah orangtuaku berkunjung pada malam sebelumnya, ayahku meneleponku di kantor. Ia selalu berwibawa dan jernih saat memberi nasehat, tapi aku mendengar rasa bingung dan panik dalam suaranya.

"Mary, ibumu sakit dan aku tak tahu harus berbuat apa. Cepatlah datang kemari."

Perjalanan mobil 10 menit ke rumah orangtuaku diiringi oleh rasa takut, bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibuku. Saat aku tiba, Ayah sedang mondar-mandir di dapur sementara Ibu berbaring di tempat tidur. Matanya terpejam dan tangannya berada di atas perut. Aku memanggilnya, mencoba menjaga agar suaraku setenang mungkin.

"Bu, aku sudah datang."
"Mary?"
"Iya, Bu."
"Mary, kaukah itu?"
"Iya, Bu, ini aku."

Aku tak siap untuk pertanyaan berikutnya, dan saat aku mendengarnya, aku membeku, tak tahu harus berkata apa.

"Mary, apakah Ibu akan mati?"

Air mata menggenang dalam diriku saat aku memandang ibuku tercinta terbaring di situ tak berdaya. Pikiranku melayang, sampai pertanyaan itu terlintas dalam benakku:

 'Jika keadaannya terbalik, apa yang akan dikatakan Ibu padaku?'

Aku berdiam sejenak yang terasa seperti jutaan tahun, menunggu kata-kata itu tiba di bibirku.
"Bu, aku tak tahu apakah Ibu akan mati, tapi kalau memang perlu, tak apa-apa. Aku menyayangimu."
 Ia berseru, "Mary, rasanya sakit sekali."

Lagi-lagi, aku bingung hendak berkata apa. Aku duduk di sampingnya di tempat tidur, meraih tangannya dan mendengar diriku berkata, "Bu, kalau Ibu sakit, remaslah tanganku, nanti akan kukatakan, aku sayang padamu."

Ia meremas tanganku. "Bu, aku sayang padamu." Banyak remasan tangan dan kata "aku sayang padamu" yang terlontar antara aku dan ibuku selama dua tahun berikutnya, sampai ia meninggal akibat kanker indung telur.

Kita tak pernah tahu kapan ajal kita tiba, tapi aku tahu bahwa pada saat itu, bersama siapa pun, aku akan menawarkan ritual kasih ibuku yang manis setiap kali, "Kalau sakit, remaslah tanganku, dan akan kukatakan, aku sayang padamu."

Catatan :
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang pada orang yang anda cintai  adalah dengan memegang dan meremas tangannya dengan lembut Tindakan itu kadangkala mengandung makna dan arti yang teramat dalam  yang hanya dapat dipahami antara anda dan orang yang anda cintai.............

Sumber:
Chicken Soup for the Mother’s Soul 
by Mary Marcdante

BLINK - Sendiri Lagi (Video Clip) -DRAFT VERSION-.flv

COBOY JR - KAMU

Cherry Belle - Love is You.mp4

SM*SH - Ada Cinta (Official Video)